Kanal Malang
Beranda Bisnis Harga Minyak Meningkat 2% karena Harapan Federal Reserve Turunkan Suku Bunga

Harga Minyak Meningkat 2% karena Harapan Federal Reserve Turunkan Suku Bunga

Pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, harga minyak meningkat sekitar dua persen karena diharapkan Federal Reserve akan mengurangi pengetatan suku bunga.

Harga minyak WTI untuk pengiriman bulan Mei naik sebesar 2,24 persen, dan berakhir pada harga US$81,53 per barel di bursa perdagangan New York Mercantile Exchange.

Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan Juni mengalami kenaikan sebesar 1,70 persen dan ditutup pada level US$85,61 per barel di bursa perdagangan London ICE Futures Exchange.

Pada Selasa (11/4), indeks dolar AS yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama lainnya mengalami penurunan sekitar 0,4 persen, sehingga memberikan dukungan pada harga aset-aset yang dihitung dalam dolar AS.

Para investor lebih optimis bahwa Federal Reserve AS semakin mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga, sehingga membuat harga minyak yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Pada Selasa (11/4), Presiden Fed New York, John Williams, mengungkapkan bahwa prospek kenaikan suku bunga acuan oleh the Fed hanya akan terjadi sekali lagi dengan kenaikan sebesar 25 basis poin, dan akan menjadi titik awal yang berguna. Namun, jalur kebijakan bank sentral akan sangat tergantung pada data yang masuk.

Para investor berharap bahwa laporan inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu akan membantu mereka dalam mengukur lintasan jangka pendek untuk suku bunga.

Menurut analis pemasok informasi pasar FX Empire, Vladimir Zernov, pada Selasa (11/4), minyak WTI mengalami momentum kenaikan karena para pedagang sedang memperhatikan pelemahan dolar AS.

Menurut survei oleh lima analis industri yang dilakukan oleh Reuters, persediaan minyak mentah komersial AS mengalami penurunan sekitar 1,3 juta barel dalam minggu yang berakhir pada tanggal 7 April. Data persediaan minyak mingguan akan dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu.

Analis pasar senior di OANDA, Edward Moya, menyatakan bahwa harga minyak mentah berhasil mempertahankan kenaikan sebelumnya setelah laporan prospek energi jangka pendek oleh EIA tidak menunjukkan adanya peningkatan produksi yang signifikan dan permintaan yang stabil dalam beberapa tahun ke depan.

Meskipun begitu, data dari China menunjukkan bahwa inflasi konsumen pada bulan Maret mengalami kenaikan pada tingkat yang paling rendah sejak September 2021, hal ini menunjukkan bahwa pelemahan permintaan terus berlanjut dalam pemulihan ekonomi yang tidak merata.

Menurut laporan terbaru prospek energi jangka pendek yang dirilis pada Selasa (11/4), diperkirakan konsumsi bahan bakar cair global akan meningkat sebesar 1,4 juta barel per hari pada tahun 2023 dan sebesar 1,8 juta barel per hari pada tahun 2024. Prakiraan ini sama dengan laporan bulanan sebelumnya dan tidak mengalami perubahan.

 

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *